tenaga wakilkan otak
senyum imitasi jadi tradisi
karena ambisi yang tak kunjung teratasi
renungku terlalu tawar
hitamku dihujam keinginan
alirkan hari sembunyikan obsesi
kelabulah semua asaku
menghitamlah raga batinku
tersenyumlah kaum penindas
pestaporalah kaum cendikia
nyanyikanlah hymne kemenangan bagi mereka
aku menapaki hari yang berpelangi
tapi masih terasa deras hujan
aku kecupi banyak keramaian
tapi masih merasa sepi
Tuhan sulaplah aku dengan kasih-Mu
jadikan aku penawar melarat keluargaku
muliakan aku karena otakku
aku tak banyak meminta dalam kehidupan ini Tuhan
cukup satu munajat batinku
tolong hentikan airmata ibuku
karena menangisi aku yang tak bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar